2.1
Pengertian Gizi Buruk
Malnutrisi
(gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang
disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali
disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya
absorpsi, atau kehilangan besar nutrisi atau gizi, istilah ini sebenarnya juga
mencakup kelebihan gizi (overnutrition) yang disebabkan oleh makan
berlebihan atau masuknya nutrien spesifik secara berlebihan ke dalam tubuh.
Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah atau kualitas
nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka waktu yang cukup
lama. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit,
dan infeksi.
Tanda-tanda
dari banyak kasus malnutrisi yaitu ketika cadanagn nutrisi dihabiskan dan
nutrisi serta energi yang masuk tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari atau tidak memenuhi tanbahan metabolic yang meningkat.
Defisiensi
gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan dalam
waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi
dan masih merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis
digunakan istilah malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum.
Penentuan jenis MEP yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri
yang lengkap (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan
kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium
Gizi
buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama.
Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau
hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik
kwashiorkor.
2.2
Penyebab Gizi Buruk
1.
Penyebab
langsung
Penyakit
infeksi
1.
Penyebab
tidak langsung
A.
Kemiskinan
keluarga
B.
Tingkat
pendidikan dan pengetahuan orang tua yang rendah
C.
Sanitasi
lingkungan yang buruk
D.
Pelayanan
kesehatan yang kurang memadai
Selain
itu ada beberapa penyebab dari gizi buruk seperti :
1.
Balita
tidak mendapat makanan pendanping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau lebih
2.
Balita
tidakmendapat ASI ekslusif (ASI saja) atau sudah mendapat makanan selain ASI
sebelum umur 6 bulan
3.
Balita
tidakmendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau lebih
4.
MP-ASI
kurang dan tidak bergizi
5.
Setelah
umur 6 bulan balita jarang disusui
6.
Balita
menderita sakit dalam waktu lama,seperti diare,campak, TBC, batukpilek
7.
Kebersihan
diri kurang dan lingkungan kotor.
2.3
Klasifikasi Gizi Buruk
Untuk
kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan
dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1.
Berat
badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2.
Berat
badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3.
Berat
badan <60% : marasmus (MEP berat)
4.
Berat
badan <60% : marasmik kwashiorkor (MEP berat)
Keterangan
|
Gizi Baik(%)
|
Gizi Kurang(%)
|
Gizi Buruk(%)
|
BB/U
|
80-100
|
60-80
|
<60
|
TB/U
|
95-100
|
85-95
|
<85
|
BB/TB
|
90-100
|
70-90
|
<70
|
LLA/U
|
85-100
|
70-85
|
<70
|
LLA/TB
|
85-100
|
75-85
|
<75
|
2.4
Tipe Gizi Buruk
1.
Marasmus
Marasmus
adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori
yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan
mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. Mempunyai Individu dengan
marasmus mempunyai penampilan yang sangat kurus dengan tubuh yang kecil
dan tidak terlihatnya lemak.(Dorland, 1998:649). Marasmus biasa menyerang siapa
saja atau bias menyerang semua usia.
1.
Etiologi
Penyebab
utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet
yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat atau karena kelainan
metabolik dan malformasi kongenital.
1.
Tanda
dan Gejala
Pada
mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat
badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga
menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi,
muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum
menjadi menyusut dan berkeriput, serta wajah seperti orang tua. Abdomen dapat
kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya
normal, nadi mungkin melambat, tekanan darah dan frekuensi napas menurun,
kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat
muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering,
tinja berisi mucus dan sedikit.
1.
Patofisiologi
Kurang
kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan
kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan
memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh
sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat
sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan
asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama
puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies.
Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi
kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri
jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari
tubuh.
1.
Pemeriksaan
Penunjang
§
Pemeriksaan
Fisik
ü
Mengukur TB dan BB
ü
Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB
(dalam meter)
ü
Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan
trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat
diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah
kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25
cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
ü
Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LILA untuk memperkirakan
jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak
berlemak).
§
Pemeriksaan
laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.
1.
Kwashiorkor
Kwashiorkor
ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ) yang merupakan sindrom klinis
yang diakibatkan defisiensi protein berat dan kalori yang tidak adekuat.
Walaupun sebab utama penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi karena
bahan makanan yang dimakan kurang mengandung nutrisi lainnya ditambah dengan
konsumsi setempat yang berlainan, maka akan terdapat perbedaan gambaran
kwashiorkor di berbagai negara.
1.
Etiologi
Selain
oleh pengaruh negatif faktor sosial ekonomi, budaya yang berperan terhadap
kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula
disebabkan oleh diare kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui
air kemih ( sindrom nefrotik ), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit hati.
1.
Patofisiologi
Pada
defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam
dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel
yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam
diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang
diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Bila diet cukup mengandung
karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam
serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan kejaringan otot.
Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya
produksi albumin oleh hepar, yang kemudian berakibat timbulnya edema.
Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta- lipoprotein, sehingga
transport lemak dari hati terganggu, dengan akibat adanya penimbunan lemak
dalam hati.
1.
Gejala
Kwashiorkor
§
Pertumbuhan
terganggu, BB dan TB kurang dibandingkan dengan yang sehat.
§
Pada
sebagian penderita terdapat edema baik ringan dan berat.
§
Gejala
gastrointestinal seperti anoreksia dan diare
§
Rambut
mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang dan berubah warna
§
Hilangnay
massa otot
§
Dermatitis
dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi
§
Kulit
kering dengan menunjukan garis – garis kulit yang mendalam dan lebar, terjadi
persisikan dan hiperpigmentasi
§
Terjadi
pembesaran hati, hati yang teraba umumya kenyal, permukaannya licin dan tajam.
§
Anemia
ringan selalu ditemukan pada penderita.
§
Kelainan
kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin serum yang rendah,
disamping kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar